joolid.com

Situs Bacaan Menarik Untuk Millennials Hingga Gen Z

Pengertian Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantainya

Memiliki beban hidup yang sangat berat, ternyata seperti ini lho pengertian generasi sandwich dan juga dampaknya bagi seseorang!

Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
pict by goodlifefamilymag.com

Joolid.com – Kamu tulang punggung keluarga, dan harus menafkahi kebutuhan hidup orang tua, keluarga dan juga anak-anak kamu? Itu tandanya kamu termasuk dalam generasi sandwich lho! Bila posisi kamu sebagai generasi sandwich sudah sangat membebani hidup kamu dan juga membuat kamu stres dan depresi, jangan ragu untuk mencari cara memutus rantai generasi sandwich tersebut. Nah sebelum kamu memutus rantai generasi sandwich, ada baiknya kamu mengetahui pengertian, penyebab, hingga dampak generasi sandwich pada kehidupan seseorang berikut ini!

Apa Itu Generasi Sandwich?

Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
pict by betterafter50.com

Buat kamu yang masih bingung, generasi sandwich alias sandwich generation sendiri merupakan istilah untuk menyebut mereka yang memiliki tanggung jawab ganda untuk menanggung beban tiga generasi, yakni orang tua, dirinya sendiri, dan anaknya. Awalnya istilah genarasi sandwich ini diperkenalkan pada tahun 1981 oleh Dorothy A. Miller yang merupakan seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat. Namun istilah ini semakin populer setelah banyak orang yang menyadari bahwa mereka termasuk ke dalam golongan generasi ini.

Lantas kenapa sih disebut generasi sandwich? Apakah karena generasi ini suka memakan sandwich? So, kenapa disebut sandwich? Ini karena generasi yang dihimpit oleh generasi sebelum dan sesudahnya ini, dianalogikan layaknya sandwich.

Dimana sepotong daging dihimpit oleh 2 buah roti. Roti pertama diibaratkan sebagai orang tua atau generasi atas, sedangkan roti yang kedua diibaratkan anak atau generasi bawah, sementara isi utama sandwich yang berisi daging atau sosis, saus ataupun sayuran diibaratkan diri sendiri.

Terlepas dari analogi sandwich, mereka yang berada dalam posisi generasi sandwich memang memiliki beban yang sangat besar karena harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup orang tua dan juga anak-anaknya ditengah kondisi dirinya sendiri yang mungkin masih berpenghasilan pas-pasan.

Parahnya lagi, generasi sandwich ini seperti telah menjadi rantai tanpa ujung yang terus berputar bagaikan lingkaran setan. Ini karena seseorang yang terlahir dari orang tua generasi sandwich berpeluang besar menjadi generasi sandwich selanjutnya dan mewariskan hal tersebut kepada keturunannya juga. Jadi jangan heran jika kondisi ini tidak pernah ada solusinya.

Kategori Generasi Sandwich

Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
pict by telegraph.co.uk

Jeratan generasi sandwich ini tidak mengenal gender, baik laki-laki ataupun perempuan bisa menjadi bagian dalam generasi yang menghimpit ini. Namun umumnya, generasi sandwich ini dialami oleh orang-orang yang berusia produktif, sekitar usia 30 hingga 40 tahun. Tapi tak jarang juga yang menyebutkan generasi sandwich memiliki rentang usia 30 – 50 tahun.

Sementara itu, Carol Abaya, seorang Aging and Elder Care Expert, membagi generasi sandwich menjadi tiga kategori berdasarkan berat beban mereka. Berikut penjelasannya!

1. The Traditional Sandwich Generation

Yang pertama ada The Traditional Sandwich Generation. Ini merupakan istilah untuk menyebut kelompok orang dewasa yang berusia antara 40 hingga 50 tahun yang harus menanggung beban orang tua berusia lanjut dan anak-anaknya sendiri yang masih memerlukan dukungan finansial.

2. The Club Sandwich Generation

Kemudian ada The Club Sandwich Generation. Generasi dalam kategori ini berisikan orang dewasa yang memiliki usia 30 sampai 60 tahun. Mereka yang sudah menikah, mau tidak mau harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan antara orang tua dan anak. Bahkan bisa juga saudara yang lain, cucu jika sudah memiliki ataupun kakek nenek jika masih hidup. Mereka yang berada dalam generasi ini memiliki tanggung jawab yang dua kali lebih besar.

3. The Open Faced Sandwich Generation

Sementara itu, The Open Faced Sandwich Generation merupakan istilah untuk menyebut kelompok orang yang berada di kisaran usia 20 hingga 30 tahun yang belum memiliki keturunan. Namun selain harus berfokus pada karier dan pekerjaannya, mereka juga harus membantu keuangan keluarga. Dimana, mereka harus membiayai orang tua, kakak ataupun adiknya. Istilah lainnya menjadi tulang punggung keluarga. Dikarenakan tanggungannya yang berjumlah 1 lapis, makanya mereka diibaratkan seperti open-faced sandwich.

Namun dalam beberapa kasus, The Open Faced Sandwich Generation juga memiliki beban ekstra dimana mereka harus menanggung kerabat lain di luar orang tua dan kakak atau adiknya. Misalnya saja harus menanggung hidup keponakan, tante atau pamannya yang sudah tidak memiliki siapa-siapa dan juga sudah tidak produktif. Kondisi ini biasa disebut dengan extended open-faced sandwich generation.

Faktor Penyebab Generasi Sandwich

Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
pict by istockphoto.com

Entah dari kapan hal ini terjadi, namun generasi sandwich tentu tidak muncul tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang memicu munculnya generasi sandwich yang bisa kita jadikan cerminan agar menjadi lebih baik!

1. Kurang bijak dalam mengelola keuangan

Faktor penyebab dari munculnya generasi sandwich yang pertama adalah kurangnya kemampuan seseorang dalam mengelola keuangan. Mereka yang berada dalam generasi terdahulu kurang bijak dalam mengatur keuangan mereka sehingga membuat mereka tidak memiliki simpanan untuk masa tua mereka.

Hal ini bisa terjadi karena perilaku konsumtif di masa muda, pengeluaran yang tinggi namun pendapatan rendah, tidak memperhitungkan untuk bekerja di sektor yang memberikan JHT namun lupa menabung untuk dana masa depan. Jadi jangan heran, disaat mereka tua, mereka akan melimpahkan semua beban hidup mereka pada anak-anaknya.

Sebagian anak mungkin tidak keberatan jika harus menanggung orang tua, namun hal ini tentu tidak mudah bagi anak yang memiliki penghasilan pas-pasan, apalagi mereka telah memiliki istri dan anak.

2. Lahir dari orang tua yang telah terjebak dalam generasi sandwich

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, generasi sandwich ini bagaikan lingkaran setan yang tidak memiliki ujung. Mereka yang lahir dari orang tua yang juga merupakan bagian dari generasi sandwich akan berpeluang besar mewarisi hal tersebut. Misalnya saja, orang tua kamu adalah sandwich generation, hal tersebut membuat mereka kesulitan ekonomi dan tidak memiliki tabungan masa tua. Jadi mereka akan menumpukan hidupnya pada kamu. Dan mau tidak mau, kamu harus menjadi generasi sandwich selanjutnya.

Jika kamu tidak bisa mengatasinya dengan baik, besar kemungkinan kamu akan menjadikan anak kamu sebagai generasi sandwich selanjutnya dan begitu seterusnya.

3. Kurang menyadari pentingnya jaminan hari tua

Mungkin banyak orang yang menyadari bahwa jaminan hari tua itu sangatlah penting, sayangnya hanya sedikit orang yang memiliki persiapan akan hal tersebut. Banyak orang yang telah dewasa ataupun menikah hanya fokus untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya saja dan kebutuhan diri dan keluarganya pada masa itu saja. Jarang dari mereka yang memikirkan tabungan masa tua.

Bahkan tak jarang dari mereka yang menganggap kalau anak merupakan investasi masa depan. Sehingga mereka tidak terlalu menganggap serius akan jaminan masa tua. Kondisi inilah yang membuat kebanyakan orang tua tidak memiliki tabungan masa tua dan akhirnya menggantungkan hidupnya pada anak-anak mereka.

4. Anak terlambat untuk mampu hidup mandiri

Faktor penyebab munculnya generasi sandwich lainnya adalah karena kondisi anak yang terlambat untuk dapat hidup mandiri diusianya yang sudah dewasa. Biasanya anak-anak yang sudah lulus SMA ataupun kuliah sudah mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri dari segi finansial dan tidak memberatkan orang tua lagi.

Namun dalam banyak kasus, mereka kesulitan untuk mencari pekerjaan sehingga diusianya yang dewasa, mereka masih bergantung pada orang tua. Bila kamu berada di posisi orang tua mereka, pasti kamu merasa cukup berat, belum lagi kamu harus bertanggung jawab untuk menanggung dan merawat orang tua kamu yang sudah lansia.

Nah dilihat dari beberapa faktor penyebab munculnya generasi sandwich diatas, bisa disimpulkan bahwa penyebab hadirnya generasi sandwich ditengah-tengah masyarakat adalah karena kegagalan orang tua dalam mengelola keuangan sehingga tidak memiliki jaminan masa tua.

Bukan bermaksud untuk melimpahkan kesalahan para orang tua, namun faktanya orang tua yang tidak bijak dalam mengatur keuangan dan tidak memiliki perencanaan finansial yang baik untuk masa tuanya, sangat berpotensi besar untuk membuat sang anak menjadi generasi sandwich berikutnya.

Bahkan sangat besar kemungkinan jika sang anak akan mengikuti jejak orang tuanya kelak dan menjadi orang yang tidak mandiri di masa tuanya dalam hal finansial.

Dampak Generasi Sandwich

Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
pict by mumsatthetable.com

Karena harus menanggung hidup 3 generasi sekaligus, yakni orang tua, diri sendiri dan anak-anaknya maka peran generasi sandwich tidaklah mudah. Beruntunglah kamu yang memiliki penghasilan yang cukup atau berlebih untuk menanggung mereka, sehingga kamu tidak merasakan lelah dan stresnya menanggung beban yang berat tersebut dengan penghasilan yang pas-pasan.

Karena pelu kamu ketahui, beban berat tersebut tak hanya membuat lelah dan stres, namun juga memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan para sandwich generation. Apa saja dampak tersebut? Berikut ulasanya!

1. Kesulitan secara finansial

Menjalani kehidupan sebagai generasi sandwich membuat sebagian orang mengalami kesulitan finansial. Ini karena jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak sedangkan penghasilan yang didapat sangat pas-pasan. Ini kerap kali membuat mereka bekerja lebih keras untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Tak hanya membuat kelelahan secara fisik, namun juga membuat stres karena tekanan yang kerap mencekik.

2. Mengalami stres hingga depresi

Seperti yang disebutkan sebelumnya, para sandwich generation sangat rentan mengalami stres dan depresi. Mulai dari bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan finansial yang cukup besar, hingga meluangkan waktu untuk merawat dan memberi perhatian kepada orang tua dan juga anak-anak mereka. Jadi, mereka tidak hanya memikirkan tentang diri sendiri, tapi juga memikirkan orang-orang yang mereka tanggung, apakah sudah tercukupi semua kebutuhannya atau belum. Kondisi ini kerap kali membuat mereka merasa kelelahan, stres hingga depresi.

3. Rentan merasa tertekan

Merasa tertekan karena beban dan tanggung jawab yang besar merupakan hal yang kerap kali dirasakan oleh mereka yang berada dalam posisi sandwich generation. Ini karena mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan dari dua generasi sekaligus, belum lagi kebutuhan untuk diri sendiri. Tak jarang kebutuhan tersebut harus mereka penuhi dalam waktu yang bersamaan, padahal mereka sendiri memiliki masalah yang cukup berat. Kondisi ini kerap kali mempengaruhi kesehatan mental mereka.

4. Mengalami burnout

Dampak yang diakibatkan oleh beban dan tanggung jawab ganda pada kehidupan kelompok roti sandwich ini adalah membuat mereka mengalami burnout atau kelelahan fisik dan juga mental. Mereka yang berpenghasilan pas-pasan, tidak hanya harus bekerja ektra keras untuk make more money, tapi juga dituntut untuk membagi waktu untuk merawat orang tua dan juga memperhatikan anak-anak mereka. Kondisi ini menyebabkan mereka merasa kelelahan secara fisik dan mental. Tanggung jawab besar dan aktivitas yang terus berulang-ulang tak jarang juga membuat mereka merasakan stress dan depresi.

5. Memicu konflik dalam pernikahan

Menjadi sandwich generation sangat penuh tantangan, apalagi jika kamu sudah menikah dan memiliki anak-anak. Bahkan status sebagai generasi sandwich dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi pernikahan kalian.

Misalnya saja, kamu berstatus sebagai generasi sandwich dan istrimu hanya seorang ibu rumah tangga. Dengan penghasilan kamu yang pas-pasan, kamu harus membagi sebagian penghasilan kamu untuk kebutuhan orang tua dan sebagian lagi untuk keperluan rumah tangga hingga biaya pendidikan anak-anak kamu. Kondisi ini bahkan kerap kali membuat kamu kesulitan finansial bahkan sampai mencari pinjaman.

Bahkan tak jarang, orang tua ikut tinggal bersama di rumah kalian. Kondisi inilah yang terkadang menimbulkan konflik antara suami dan istri. Mulai dari konflik karena masalah finansial, hingga konflik karena perbedaan pendapat.

6. Selalu merasa bersalah atau merasa tidak puas

Jika belum mampu memenuhi kebutuhan orang tua dan anak-anak secara maksimal, para sandwich generation ini kerap kali merasa belum puas dan terus menyalahkan diri sendiri. Inilah yang menjadi salah satu dampak buruk dari sandwich generation. Karena, jika perasaan bersalah ini dibiarkan begitu saja, maka akan berbahaya dan mengganggu kesehatan mental. Mereka jadi tidak dapat menghargai kerja keras diri sendiri dan membuat mereka menjadi mudah insecure dan sulit untuk mencintai diri sendiri.

7. Mudah merasa khawatir

Para sandwich generation juga muda merasa khawatir akan masa depan diri sendiri, orang tua dan juga anak-anaknya. Akankah ia mampu mendanai biaya kesehatan orang tua? Akankah ia mampu membiayai pendidikan anak-anak, bahkan apakah ia mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya dengan penghasilan yang pas-pasan? Hal-hal seperti inilah yang membuat mereka merasa khawatir setiap harinya. Padahal kekhawatiran yang berlebih dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan, parahnya lagi dapat mengakibatkan depresi.

Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich

Apa Itu Generasi Sandwich dan Cara Memutus Rantai Generasi Sandwich
pict by sunlife.co.id

Setelah mengetahui dampak buruk dari menjadi generasi sandwich, tentu kita ingin keluar atau memutus rantai generasi sandwich tersebut. Sayangnya, untuk memutus rantai tersebut, tidaklah mudah seperti yang kita pikirkan. Perlu kontribusi dari generasi sebelum dan generasi setelahnya serta dibarengi dengan usaha yang lebih besar untuk menyudahi lingkaran setan yang menjerat ini.

Nah untuk itu, berikut beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk memutus rantai generasi sandwich!

1. Apakah orang-orang yang kamu tanggung masih dalam usia produktif atau tidak?

Cara memutus rantai sandwich generation yang pertama adalah dengan mencari tau apakah orang-orang yang akan kamu tanggung masih dalam usia produktif atau tidak. Jika kondisi orang tua sudah tidak memungkinkan untuk produktif lagi karena sudah lansia, memiliki penyakit, lumpuh dll, maka kamu tidak bisa mengelak dari tanggung jawab ganda tersebut. Yang artinya, kamu memang harus bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Sedangkan jika mereka masih dalam usia produktif, maka kamu bisa membantu mereka untuk menjadi lebih produktif. Caranya bisa dengan mengoptimalkan aset-aset yang orang tua kamu miliki untuk mendapatkan penghasilan tiap bulannya. Misalnya orang tua kamu tinggal sendirian di rumah dengan banyak kamar kosong. Maka kamu bisa menyarankan pada orang tua kamu untuk menyewakan kamar kosong tersebut. Setidaknya orang tua kamu bisa mendapatkan uang tambahan setiap bulannya dari sewa kamar.

Selain itu, kamu juga bisa membantu mencarikan adik-adik atau saudara kamu yang lain pekerjaan sehingga mereka bisa lebih mandiri secara finansial. Cara ini sangat ampuh untuk melepas jerat generasi sandwich yang mencekik.

2. Atur keuangan mereka

Mengatur keuangan diri sendiri memang penting, namun kamu juga harus mengatur keuangan mereka, dalam hal ini berarti orang tua kamu. Ini merupakan bagian dari solusi memutus rantai generasi sandwich yang tak kalah penting.

Mungkin banyak orang tua yang tidak suka jika anak ikut campur dengan keuangan mereka, namun selagi kamu masih menanggung kebutuhan mereka, maka kamu wajib mengetahui segala pengeluaran dari orang tua kamu. Cari tahu, uang yang kamu kirimkan digunakan untuk apa saja, apakah mereka ada cicilan yang masih menunggak, atau masih ada hutang yang belum terbayarkan.

Jika uang yang kamu kirimkan tidak digunakan dengan baik, maka besar kemungkinan orang tua kamu akan meminta lebih dan lebih setiap waktunya tanpa mengetahui kalau kamu memiliki masalah ekonomi. Setidaknya dengan cara ini, kamu bisa mengetahui berapa nominal yang benar-benar dibutuhkan oleh orang tua kamu.

3. Bicarakan dengan keluarga

Jika dampak generasi sandwich ini sudah sangat memberatkan dan membuat kamu depresi. Maka jangan ragu untuk membicarakannya dengan keluarga kamu, baik itu orang tua maupun saudara kamu. Kamu bisa mengajak saudara kamu untuk ikut menanggung kebutuhan finansial orang tua agar beban kamu terasa lebih ringan. Namun jika kamu anak tunggal, maka jangan takut untuk membicarakannya kepada orang tua.

Beritahu kemampuan finansial kamu dan juga kebutuhan yang harus kamu tanggung agar orang tua kamu mengerti dan tidak salah paham, sehingga menganggap kamu pelit atau tidak mau mengurus mereka. Orang tua yang bijak pasti dapat mengerti kondisi kamu. Jangan memaksakan diri untuk menanggung kebutuhan orang tua padahal kamu sendiri belum mampu mencukupi kebutuhan hidup diri sendiri. Jangan sampai kamu mencari pinjaman kesana-kemari yang ujungnya semakin membuat kamu tertekan.

4. Mengelola keuangan dengan bijak

Nah jika takdir mengatakan kalau kamu harus menjadi generasi sandwich, maka kamu wajib memiliki kemampuan yang baik untuk mengelola keuangan kamu. Alokasikan keuangan kamu dengan bijak, prioritaskan pengeluaran yang benar-benar kamu butuhkan dan hindari pengeluaran bersifat konsumtif. Pastikan kamu menyisihkan uang kamu untuk tabungan, asuransi, investasi atau jaminan hari tua. Dengan begitu, kamu tidak akan mewariskan beban 2 generasi tersebut kepada anak-anak kamu.

5. Siapkan dana pensiun

Dana pensiun menjadi hal wajib yang perlu kamu persiapkan. Ini karena generasi sandwich terjadi karena orang tua tidak menyiapkan dana pensiun untuk hari tua mereka, sehingga ketika mereka sudah tidak produktif lagi, semua tanggung jawab keuangan dilimpahkan ke anaknya. Kondisi inilah yang menjadi cikal bakal generasi sandwich terjadi.

Maka dari itu, jika kamu ingin memutus rantai generasi sandwich, mulailah menyiapkan dana pensiun untuk kamu sedini mungkin. Selain untuk menjamin kehidupan dimasa tua kamu, kamu juga bisa membebaskan anak kamu dari jerat generasi sandwich.

6. Siapkan asuransi kesehatan dan jiwa

Menyiapkan asuran kesehatan dan asuransi jiwa juga menjadi cara untuk memutus rantai generasi sandwich selanjutnya. Asuransi kesehatan sangat penting untuk memudahkan kamu jika sewaktu-waktu membutuhkan perawatan di rumah sakit dengan biaya yang mahal. Begitupun asuransi jiwa yang tidak kalah penting. Dengan asuransi jiwa, setidak kamu tidak akan membuat anak-anak atau keluarga kamu kebingungan mengenai finansial ketika kamu tidak ada.

7. Menyiapkan dana pendidikan anak

Jangan lupa untuk menyiapkan dana pendidikan anak untuk masa depan mereka dimulai dari sekarang. Hal ini dapat meringankan beban kamu dikemudian hari. Kamu bisa memilih asuransi pendidikan yang sesuai dengan kemampuan finansial kamu. Pastikan juga kamu memperhitungan biaya pendidikan anak secara detail, mulai dari jenis sekolah, apakah sekolah negeri atau sekolah internasional, apakah akan ada les ekstra dll.

8. Mengajarkan anak untuk menabung sedini mungkin dan belajar mandiri secara finansial

Satu lagi cara memutus rantai generasi sandwich adalah dengan mengajarkan anak untuk menabung sedini mungkin. Ajarkan juga cara membedakan antara kebutuhan pokok dengan kebutuhan bersifat konsumtif agar mereka tidak boros sehingga dapat mengatur keuangan dengan bijak.

Dan yang lebih penting, nggak ada salahnya mengajarkan anak mandiri secara finansial sejak dini. Misalnya saja mereka ingin membeli mainan, maka kamu bisa mengajarkan mereka untuk menggunakan uang tabungan sendiri daripada merengek meminta pada orang tua. Jika sudah remaja, kamu bisa mengajarkan mereka untuk mulai berbisnis atau membuka usaha sesuai dengan passion mereka masing-masing. Cara ini akan melatih kemandirian anak terkait masalah finansial.

Nah itu dia beberapa hal yang wajib kamu ketahui mengenai generasi sandwich dan cara memutus rantainya. Perlu dipahami bahwa, memutus rantai generasi sandwich, bukan berarti kita menjadi anak durhaka dan lari dari tanggung jawab untuk merawat orang tua di masa tuanya.

Jika orang tua kamu sudah lansia dan tidak memiliki aset masa tua, maka kamu memiliki tanggung jawab untuk merawat dan memenuhi kebutuhan mereka. Dan hal ini memang tidak bisa dielakkan. Namun jika orang tua kamu masih dalam usia yang produktif dan masih memiliki aset-aset yang dapat dioptimalkan, maka tidak ada salahnya kamu membantu orang tua kamu untuk mengatur keuangan mereka menjadi lebih baik dan mengarahkan mereka agar merencanakan tabungan masa tua. Dengan begitu, kamu bisa terlepas dari jerat generasi sandwich yang kerap menekan dari dua arah.

Jadi bagaimana menurut kalian Jooliders? Apakah kalian golongan pro atau golongan kontra tentang pemutusan rantai sandwich generation ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *